Reportasemalang – Kota Malang, Universitas Negeri Malang menambah jumlah deretan Guru Besarnya. Mereka adalah Prof Dr Sugiarto MS, Prof Dr Primardiana Hermilia MPd, Prof Dr Adi Atmoko MSi MPd, dan Prof Dr Aman Santoso MSi.
Dalam paparan ilmiahnya Prof Dr Sugiarto MS mengangkat mengenai “Urgensi Fisiologi Olahtaga untuk Meningkatkan Kesehatan dan Prestasi”.
Menurutnya banyaknya kasus serangan jantung saat berolahraga lantaran orang tersebut tidak paham Fisiologi atau manajemen tubuh. Harusnya, tiap latihan harus bertahap dan meningkat.
“Tidak boleh latihannya langsung high. Tapi harus bertahap,” ucapnya.
Menurutnya, aktifitas olahraga itu berat. Bisa menimbulkan stress, lantaran kerja otot dipaksa kerja keras.
“Karenanya, penerapan Fisiologi ini penting bagi para atlet. Agar kesehatannya terjaga dan berdampak pada peningkatan prestasi,” sebutnya.
Sedangkan Prof Dr Primardiana Hermilia MPd, dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Bahasa Jerman.
Dalam penelitiannya, Prof Primardiana mencoba menerapkan metode Kaizen dalam pembejelaran. Dimana arti Kaizen sendiri merupakan perubahan positif yang dilakukan terus menerus.
Perbaikan pembelajaran atau Kaizen, penerapannya yakni dengan mengenali masalah, memberikan umpan balik agar siswa semakin paham.
“Juga dengan menggelar ujian akan mengetahui kelemahan, serta memberikan umpan balik beserta solusi dan contohnya,” terangnya.
Prof Primardiana menilai, dampak positif penerapan Kaizen, dimana masing-masing mahasiswa diwajibkan membuat catatan kelehaman. Selanjutnya diperbaiki bersama dosen terkait.
“Ada peningkatan 50 % kemampuan belajar yang mengarah perbaikan dari tiap kelemahan siswa tadi,” tandasnya.
Sedangkan Prof Dr Adi Atmoko MSi MPd, dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang psikologi pembelajaran.
Dalam karya ilmiahnya, ia menyoroti tindakan guru di kelas dalam menghadapi berbagai perilaku negatif siswa. Menurutnya ini karena ketidakharomonisan guru dengan siswa, bisa juga lantaran konflik antar siswa.
Maka cara pandang guru terhadap hakekat pembelajaran perlu dibenahi.
Jika guru pandangan sempit, cuma capaian pembelajran yang dikejar. Rentetannya, jika anak salah, dianggap negatif, guru pun kemudian jengkel, ia pun bertindak negatif dengan membully atau bertindak keras terhadap murid.
“Siswa pun kemudian jadi malas ke sekolah atau bahkan menolak untuk belajar,” ucapnya.
Hingga kemudian perlu perbaikan mulai dari cara pandang guru yang diperluas, tidak hanya mengajar di kelas. Namun menjadikan siswa harus punya kemampuan menyelesaikan masalah.
Idealnya tugas guru harus bisa merancang pembelajaran serta membuat iklim kondusif dan kenyamanan belajar.
“Hasil dari perluasan cara pandang tersebut, siswa tidak hanya terangkat kompetensi akademis saja. Namun juga kompetensi sosial maupun religinya terdongkrak,” tandasnya.
Guru besar UM keempat yang dikukuhkan yakni Prof Dr Aman Santos MSi, dari MIPA Kimia. Ia memanfaatkan limbah Bioful.
Dengan latar belakang pemikiran akan kebutuhan energi yang terus meningkat. Dimana saat ini bahannya energi masih dari fosil yang semakin menipis cadangannya, yang diprediksi 2050 bakal terjadi kelangkaan energi.
Maka perlu dikembangkan energi alternatif, yakni berupa Bio Diesel dari minyak sawit. Sayangnya sementara ini bahan bakar dari Bio Diesel masih dianggap pesaing dari bahan pangan. Serta dituduh penyumbang kerusakan lingkungan.
Prof Aman pun kemudian memberi solusinya, yakni bahan bakar berbasis limbah, yaitu limbah minyak goreng, yang konsumerisme di Indonesia cukup tinggi. Padahal menurutnya minyak goreng idealnya cukup digunakan sampai tiga kali pakai.
“Karena selebihnya justru menyebabkan batuk dan kanker serta gangguan kesehatan lainnya,” terangnya.
Demikian pula dengan limbah pabrik minyak kelapa sawit yang jika dikonsumsi akan berbahaya. Dibuang begitu saja juga berbahaya bagi lingkungan. Namun justru dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti solar.
“Ini peluang ekonomi, lantaran dapat dilakukan oleh Home industri. Proses mudah dan tanpa alat khusus serta teknologi yang dibutuhkan untuk pengolahannya sederhana,” pungkasnya. (Agus N)