16 Juni 2025

Jawab Tantangan Nasional, UB Tambah Lima Profesor Baru Lintas Bidang Ilmu

Jawab Tantangan Nasional, UB Tambah Lima Profesor Baru Lintas Bidang Ilmu
Lima Profesor baru UB yang bakal dikukuhkan. (Foto: Agus N/reportasemalang)

Bagikan :

Reportasemalang – Menjawab tantangan nasional, Universitas Brawijaya (UB) bakal mengukuhkan lima Profesor baru lintas bidang keahlian. Yang akan digelar di Gedung Samantha Krida, Rabu (28/5/2025).

Kelima Profesor baru itu diantaranya:
Prof. Dwi Budi Santoso, S.E., M.S., Ph.D dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB); Prof. Nia Kurniawan, S.Si., M.P., D.Sc Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA); Prof. Dr. Ir. Daduk Setyohadi, M.P Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK); Prof. Dr. Ir. Gatut Bintoro, M.Sc. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) UB; Prof. Dr. Eng. Masruroh, S.Si., M.Si. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).

Prof. Dwi Budi Santoso: Pengembangan model pemetaan Klub Konvergensi Ganda

Prof. Dwi Budi Santoso, S.E., M.S., Ph.D dikukuhkan sebagai profesor dalam bidang Ekonomi Regional, pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). Ia menjadi profesor aktif ke-30 di FEB, profesor aktif ke-251 di UB, serta menjadi profesor ke-429 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan UB.

Menurut Prof. Dwi Budi Santoso,
berdasarkan RPJPN 2025–2045, Indonesia memiliki target pertumbuhan pendapatan per kapita rata-rata 9% per tahun untuk mencapai 23 hingga 30,3 ribu USD pada akhir tahun 2045. Target pertumbuhan ekonomi nasional yang begitu tinggi ini tentu berimbas pada tingginya target pertumbuhan ekonomi di tingkat provinsi, khususnya Jawa Timur.

Prof. Dwi Budi mengembangkan model pemetaan Klub Konvergensi Ganda (KKnDa) yang diharapkan dapat memberikan informasi yang komprehensif bagi perencana daerah untuk menyusun kebijakan percepatan pertumbuhan ekonomi berdasarkan karakteristik dinamika pendapatan dan investasi per kapita. Selain dapat digunakan untuk mendesain percepatan pertumbuhan ekonomi, model pemetaan ini juga mampu digunakan untuk penyusunan kebijakan penurunan tingkat ketimpangan ekonomi antardaerah.

Berbeda dengan model pemetaan klub konvergensi dengan indikator tunggal, model pemetaan KKnDa mampu memberikan hasil analisis yang lebih baik dan lengkap, khususnya untuk penyusunan kebijakan ekonomi regional.

Kemampuan model ini berupa:
(1) Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan juga investasi. Peningkatan inovasi daerah, misalnya, dapat dengan cepat diketahui dampaknya pada pertumbuhan ekonomi, ketika inovasi tersebut terjadi pada peningkatan produktivitas.
(2) Mengidentifikasi seberapa besar tingkat ketimpangan pendapatan antardaerah, walaupun dalam bentuk narasi besar dan kecil, bukan dalam skala rasio ataupun interval.
(3) Memprediksi arah pertumbuhan ekonomi daerah dan juga potensi kesenjangan pendapatan per kapita antardaerah.

Prof. Nia Kurniawan: Kembangkan Model TAXVERTREE untuk Taksonomi vertebrata

Prof. Nia Kurniawan, S.Si., M.P., D.Sc dikukuhkan sebagai profesor dalam bidang Taksonomi Vertebrata pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Ia merupakan profesor aktif ke-33 di Fakultas MIPA, profesor aktif ke-252 di UB, serta menjadi profesor ke-430 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan UB.

Indonesia diakui sebagai gugusan kepulauan dengan keanekaragaman hewan vertebrata endemik terbesar kedua setelah wilayah Pegunungan Andes dan Mesoamerika. Namun pada kenyataannya, terdapat ancaman kepunahan terhadap vertebrata endemik yang semakin meningkat.

Taksonomi vertebrata menjadi kunci yang sangat krusial untuk identifikasi, klasifikasi dan dokumentasi spesies guna mendukung upaya konservasi yang efektif dan berkelanjutan. Taksonomi vertebrata dapat diaplikasikan sebagai penentuan arah kebijakan dalam perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan hewan vertebrata secara berkelanjutan.

Sedang, Prof. Nia mengembangkan model TAXVERTREE yang menawarkan keunggulan sebagai pendekatan integratif yang menggabungkan identifikasi morfologi, verifikasi genetik, dan analisis evolusioner melalui pohon filogenetik. Model ini meningkatkan akurasi klasifikasi spesies, mendeteksi spesies kembar, serta membantu menetapkan prioritas konservasi berdasarkan kedekatan evolusioner. Selain itu, pendekatan ini mengurangi kesalahan identifikasi dan memperkuat validitas ilmiah melalui data objektif.

Prof Daduk Setyohadi: Teknologi Sertifikasi Perikanan Lemuru Berkelanjutan Selat Bali (TSPLB-UB)

Prof. Dr. Ir. Daduk Setyohadi, M.P. dikukuhkan sebagai profesor dalam bidang Ilmu Dinamika Populasi Ikan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK). Ia merupakan profesor aktif ke-27 di FPIK, profesor aktif ke-253 di UB, serta menjadi profesor ke-431 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan oleh UB.

Lemuru Selat Bali ialah satu-satunya perwakilan perikanan spesies tunggal di Indonesia dengan Alat Penangkapan Ikan (API) spesifik purse seine. Sejak tahun 2010, tren penangkapan ikan lemuru menunjukkan penurunan tajam tanpa adanya pemulihan signifikan. Penurunan ini utamanya disebabkan oleh pola penangkapan yang berlebihan dan tidak selektif, sebagian besar ikan termasuk yang belum dewasa ikut tertangkap sebelum sempat berkembang biak.

Melihat ancaman ini, Prof. Daduk Setyohadi mengembangkan pendekatan baru: Teknologi Sertifikasi Perikanan Lemuru Berkelanjutan Selat Bali (TSPLB-UB). Ini adalah sistem sertifikasi lokal yang dirancang agar lebih sederhana, terukur, dan cocok untuk kondisi Indonesia—tanpa harus menunggu rumitnya standar sertifikasi internasional.

Teknologi sertifikasi ini memerlukan informasi hanya enam indikator utama, namun sangat fokus pada kepastian terhadap tingkat keberlanjutan sumber daya yang akan disertifikasi. Dengan demikian proses sertifikasi bisa dilakukan lebih cepat dibandingkan dengan standar sertifikasi global lainnya.

Dengan kondisi data perikanan Indonesia yang tersedia saat ini, teknologi sertifikasi TSPLB-UB sangat memungkinkan untuk dikembangkan dan diaplikasikan pada perikanan tangkap di Indonesia. Teknologi ini bisa digunakan selanjutnya oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) dalam menyusun kerangka operasional sertifikasi perikanan tangkap.

Prof Gatut Bintoro: PREES-UB

Prof. Dr. Ir. Gatut Bintoro, M.Sc. dikukuhkan sebagai profesor bidang Ilmu Manajemen Sumber Daya Perikanan Tangkap di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) UB. Ia merupakan profesor aktif ke-28 di FPIK, profesor aktif ke-254 di UB, serta menjadi profesor ke-432 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan oleh UB.

Ia mengangkat judul pidato PREES-UB: Model Manajemen Sumber Daya Perikanan Tangkap Berkelanjutan Berbasis Ramah Ekologi, Ekonomi dan Sosial. PREES-UB hadir sebagai jawaban atas krisis sumber daya perikanan yang ditandai dengan overfishing, praktik IUU (Illegal, Unreported, and Unregulated) fishing, dan degradasi habitat laut akibat perubahan iklim.

“Pengelolaan yang baik tidak hanya berorientasi pada hasil jangka pendek, tetapi juga mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap keberlanjutan sumber daya,” kata Prof. Gatut dalam orasinya.

Model ini dirancang dengan pendekatan terpadu yang menggabungkan tiga pilar utama: konservasi ekosistem laut (ekologi), peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir (ekonomi), dan keterlibatan aktif komunitas lokal (sosial). “Keberhasilan pengelolaan perikanan dalam model ini sangat bergantung pada keterlibatan masyarakat pesisir,” ujarnya menekankan pentingnya peran masyarakat lokal.

Model ini juga menekankan perlunya penguatan teknologi informasi seperti digitalisasi pemantauan stok ikan dan sistem informasi spasial. Teknologi ini mendukung transparansi, akurasi data, serta efektivitas kebijakan pengelolaan di wilayah pesisir.

Pada aspek ekologi, Prof. Gatut menekankan pentingnya Zona Perlindungan Laut (Marine Protected Areas/MPAs), pengaturan waktu penangkapan dan alat tangkap ramah lingkungan. Pendekatan-pendekatan ini diambil karena mengutamakan aspek keberlanjutan.

Meskipun menawarkan solusi holistik, model ini diakui memiliki tantangan besar, khususnya dalam hal koordinasi lintas sektor antara pemerintah, ilmuwan, nelayan, dan pemangku kepentingan industri. Keterbatasan data ilmiah, infrastruktur, dan resistensi terhadap regulasi juga disebut sebagai hambatan implementatif.

Prof Masruroh: Teknologi Lapisan Tipis

Prof. Dr. Eng. Masruroh, S.Si., M.Si. dikukuhkan sebagai profesor dalam bidang Ilmu Material dan Permukaan pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Ia merupakan profesor aktif ke-31 di FMIPA, profesor aktif ke-255 di UB, serta menjadi profesor ke-433 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan oleh UB.

Teknologi lapisan tipis memiliki aplikasi yang luas dalam bidang kesehatan dan lingkungan. Dalam bidang ini, lapisan tipis digunakan antara lain untuk sensor diagnosis bioaerosol seperti sel bakteri dan fragmen seluler, spora dan hifa jamur, virus, gas berbahaya, dan senyawa organik volatile (VOC).

Lapisan tipis memainkan peran penting dalam teknologi pengembangan sensor karena memungkinkan pembuatan sensor yang kecil, sensitif, dan memiliki fleksibilitas, yaitu kemampuan adaptasi terhadap berbagai substrat dan permukaan yang berbeda.

Teknologi ini merupakan konsep baru untuk menggantikan lapisan tebal yang terbukti kurang fleksibel. Lapisan tipis seperti nanopartikel TiO₂ dan rGO telah diaplikasikan baik pada sensor QCM maupun SPR.

Efisiensi dan kinerja pada teknologi lapisan tipis memungkinkan penggunaan material yang lebih sedikit tanpa mengurangi sifat material dan memberikan sifat-sifat baru yang tidak ditemukan dalam lapisan tebal. Teknologi lapisan tipis mempunyai fleksibilitas penerapan pada berbagai substrat dan bahan, serta dapat diadaptasi dengan lingkungan yang berbeda termasuk lingkungan gas dan cairan, yang dapat dicapai dengan mengontrol sifat permukaan material dan struktur mikro yang memengaruhi sifat mekanis, kimia, dan optik dari lapisan.

Pada aplikasi sensor, lapisan tipis memungkinkan desain lapisan dengan sifat fungsional yang unik untuk meningkatkan interaksi antara material sensitif (lapisan matriks) dan materi target (analit).