Webinar Interaktif Sorak Sorai Autism Indonesia,Bedah Tiga Kunci Utama untuk Autism
Reportasemalang – Kota Malang, gangguan spektrum autisme adalah gangguan perkembangan pervasif yang memiliki karakteristik berupa kesulitan dalam komunikasi sosial dengan perilaku, minat serta aktivitas yang terbatas dan pola yang repetitif.
Dewasa ini jumlah anak yang lahir dengan gangguan spektrum autisme semakin banyak. Terlebih di negara-negara maju.
Salah satu sebabnya adalah karena semakin banyaknya makanan-makanan ‘kotor’ yang terkontaminasi bahan kimia.
Hal ini terungkap dalam Webinar Interaktif Sorak Sorai Autism Indonesia yang disampaikan oleh dr Julita Lea Lestari, MBA, ACAS, ABAPT, Ch., CHt. Sabtu (20/5/23).
dr Julita memberikan tiga kunci utama untuk autism.
“Pertama adalah STOP RACUN. Bersihkan lingkungan, hindari paparan logam berat dan lakukan diet CFGFSFFF (casein free, gluten free, sugar free), serta lakukan rotasi makanan minimal empat hari. Kenapa empat hari, karena untuk mendeteksi alergi makanan bisa dilakukan selama 72 jam,” ujar dr Julita.
Ia mengingatkan, untuk orang tua agar memilih bahan makanan yang baik. Di negara maju, buah-buahan dan sayur cenderung sangat bagus, warnanya menarik dan tidak ada ulat. Namun justru hal tersebut yang patut diwaspadai mengingat jika tidak ada ulat pada bahan tersebut, ditengarai mengandung pestisida.
“Beruntung di Indonesia masih banyak pasar tradisional. Di sini banyak buah yang dimakan ulat, itu baik karena pertanda buah tersebut tidak mengandung pestisida,” imbuhnya.
Kunci kedua adalah memperbaiki metabolisme tubuh yang merupakan tugas dokter. Dokter di sini akan membantu dengan memberikan supplement, obat antibiotic dan lainnya yang dibutuhkan tubuh.
“Jangan memberikan obat sendiri karena bisa jadi tidak sesuai dengan dosis yang dibutuhkan tubuh,” lanjut dr Julita.
Sedangkan kunci ketiga adalah dengan mengejar keterlambatan. Gangguan Spektrum Autisme selalu disertai dengan keterlambatan perkembangan terutama di bidang sosial dan Bahasa. Jalankan terapi sedini mungkin secara berkala dan intensif. Lakukan dan cek enam bulan sekali apakah ada perkembangan atau tidak.(Djoko W)