Reportasemalang – Kota Malang, Dua profesor baru kembali dikukuhkan Universitas Brawijaya (UB) di Gedung Samantha Krida, Rabu (20/7/2022). Keduanya adalah Prof Dr Ir Abdul Wahib Muhaimin, MS dan Prof Dr Rudianto MA.
Dalam pidato pengukuhannya, Prof Dr Ir Abdul Wahib Muhaimin MS mengusung judul orasi ilmiah “Mutu Keinginan dan Healthy Food Choice dalam Hubungannya dengan kepuasan dan Kesehatan Konsumen Makanan Milenial.” Ia menyampaikan, pesatnya pertumbuhan makanan cepat saji di tengah masyarakat didominasi generasi milenial.
“Umumnya mereka makan berlebihan dan lepas kontrol. Sehingga menimbulkan dampak negatif, yaitu semakin banyaknya serangan jantung, stroke dan diabetes pada saat usia mereka di bawah 30 tahun,” ucapnya.
Hal ini menjadi latar belakang dan keprihatinannya fokus pada pengembangan gagasan tentang konsep Healthy Food Choice bagi Generasi Milenial. Disampaikannya, perilaku konsumen milenial terhadap makanan tidak hanya didasari karakteristik konsumen dan lingkungannya, tetapi juga psikologis konsumen dan proses pengambilan keputusan.
“Generasi muda yang mengkonsumsi fast food, 27 persen mengalami hipertensi dan diabetes dibawah usia 30 tahun. Dampaknya memang tidak langsung terasa saat ini, namun dapat dilihat dan dirasakan di masa mendatang,” tuturnya.
Perilaku ini didasari kesadaran akan keinginan dan kebutuhan, serta kepuasan sebelumnya yang pernah dibuat. Keinginan, kesadaran dan kesehatan konsumen makanan milenial berhubungan erat dengan usia konsumen.
“Makin tinggi tingkat kesadaran berdampak terhadap kesehatan konsumen di masa mendatang. Jika tidak berlebihan, maka tingkat kesehatannya lebih baik. Dan kebanyakan mereka mengkonsumsi karena kesenangan, bukan karena kebutuhan,” ungkapnya.
Hal ini dapat dijelaskan pada Model Healthy Food Choice, bahwa kesadaran konsumen dapat menekan besarnya keinginan makan pada generasi muda. Selanjutnya mampu menciptakan keseimbangan input makanan dan output kesehatan secara berkelanjutan.
Keunggulan model Healthy Food Choice, memperkuat hubungan antara faktor psikologi konsumen dan efisiensi input makanan dan output kesehatan jangka panjang. Sehingga dapat meningkatkan kepuasan, kesehatan dan kesejahteraan konsumen makanan milenial secara berkesinambungan.
Kelemahan model tersebut, sulitnya mengontrol keinginan konsumen generasi milenial yang berlebihan. Dan keterbatasan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam mengawasi penyebaran makanan yang kurang memenuhi standart gizi di pasaran.
“Di tengah pesatnya pembelian makanan secara online, maka disarankan kepada pemilik kafe, kedai dan mal agar menyertakan informasi. Tentang pentingnya pengendalian keinginan yang berlebih-lebihan dan waktu makan, demi menjaga kesehatan generasi yang akan datang,” tandasnya.
Sementara, Prof Dr Rudianto MA mengusung orasi ilmiah berjudul “Model Restorasi Ekosistem Mangrove Desa Pesisir untuk Mengatasi Kerusakan Pesisir Akibat Perubahan Iklim dan Proses Antropogenik.” Dia menyampaikan, Model Restorasi Ekosistem Mangrove Desa Pesisir (REMDP) merupakan jawaban pencegahan perubahan iklim dan kerusakan pesisir yang ditimbulkan akibat proses antrophogenik.
Komitmen PBB untuk mendorong setiap negara melakukan restorasi pesisir harus menjadi acuan untuk memperbaiki kerusakan pesisir termasuk mencegah akan tenggelamnya kawasan pesisir di masa yang akan datang.
“Model REMDP merupakan metode dan teknik restorasi ekosistem hutan mangrove yang bersifat terpadu. Dengan mengedepankan aspek teknis, aspek kelembagaan dan aspek pembiayaan berbasis desa pesisir dengan pendekatan co-management,” beber Prof Rudianto, sapaan akrabnya.
Dari ketiga aspek tersebut, perlu didorong partisipasi masyarakat sebagai pilar keberhasilan restorasi ekosistem pesisir. Pemerintah perlu memiliki konsep yang jelas, komprehensif dan terukur untuk menangani kerusakan pesisir berbasis desa pesisir.
“Dengan menggunakan model REMDP, diharapkan menjawab upaya untuk mencegah terjadinya kebencanaan di wilayah pesisir. Terutama mulai banyak tenggelamnya wilayah pesisir,” ungkapnya.
Model REMDP menggunakan Model co-management berdasarkan pengelolaan partisipatif, kolaboratif atau pengelolaan berbasis masyarakat. Model ini melibatkan unsur masyarakat, pemerintah dan swasta. Masyarakat memanfaatkan, memelihara, melindungi, dan ikut merestorasi hutan mangrove.
“Pemerintah pemegang mandat atas perintah undang-undang melakukan pengelolaan sumberdaya pesisir, seperti hutan magrove. Sedangkan swasta ikut berkontribusi melestarikan hutan mangrove melalui pembiayaan restorasi. Model kelembagaan untuk restorasi ekosistem pesisir berbasis co-management,” imbuhnya.
Keunggulan model REMDP adalah mendorong semua pemangku kepentingan untuk berkomitmen melaksanakan pemulihan lingkungan pesisir. Mulai dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi sampai pemerintah Kota/Kabupaten dan pemerintah Desa/Kelurahan.
“Komitmen tersebut diwujudkan dalam bentuk kerja kobarorasi memulihkan kawasan pesisir dengan pendekatan aspek teknis, aspek kelembagaan dan aspek pembiayaan,” tegasnya.
Harapan kedepannya, agar seluruh pemerintah Kota/Kabupaten yang memiliki kawasan pesisir membentuk Forum restorasi ekosistem pesisir. Berbasiskan model co-management dengan memiliki kejelasan tentang program dan kegiatan jangka menengah (5 tahun) dan jangka pendek (tahunan).
Lengkap dengan rencana tindak keterpaduan penyusunan program (integrated program action plan). Dan rencana tindak kelembagaan (institutional action plan) serta rencana tindak keuangan (financing action plan).
Sementara itu disebutkan, Prof Dr Ir Abdul Wahib Muhaimin, MS dikukuhkan sebagai profesor di bidang Ilmu Majemen Agribisnis. Ia merupakan profesor ke-30 dari Fakultas Pertanian dan profesor aktif ke-168 di UB. Sedangkan Prof Dr Rudianto, MA dikukuhkan sebagai profesor di bidang Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Ia merupakan profesor aktif ke-14 di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan profesor aktif ke-169 di UB. (Agus N)