Search
Close this search box.
8 Oktober 2024

UB Gelar Bonsai, Bahas Karakter Pemilih di Pilkada Kota Malang

Narasumber BONSAI UB. (Foto: Agus N/reportasemalang.com)
Narasumber BONSAI UB. (Foto: Agus N/reportasemalang.com)

Bagikan :

Reportasemalang – Universitas Brawijaya (UB) kembali menggelar Bincang dan Obrolan Santai (BONSAI) bersama pakar. Bertema “Karakter Pemilih pada Pilkada Kota Malang” Kamis (12/9/2024).

Ketua Tim Peneliti Perilaku Pemilih di Era Digital. Andhyka Muttagin S.AP.. M.PA menyampaikan pemaparan terkait kontribusi Universitas Brawijaya dalam perpolitikan Pilkada khususnya di Kota Malang.

Andhyka mengatakan, Kota Malang akan mengadakan pemilihan pemimpin daerah. Ada tiga calon yang diusung. yaitu Moch. Anton – Dimyati Ayatullah, Wahyu Hidayat – Ali Muthohirin, serta Heri Cahyono – Ganis Rumpoko.

Pakar Administrasi Negara Andhyka Muttaqin, menyoroti potensi risiko yang dihadapi swing voters dalam Pilkada 2024 Kota Malang. Menurutnya, swing voters, yang seringkali menunggu hingga menit terakhir untuk menentukan pilihan mereka, cenderung lebih rentan terhadap janji instan dan iming-iming dari calon.

“Nah untuk swing voters, kalau edukasi politik di Kota Malang ini berjalan dengan baik, maka mereka akan masuk ke dalam pemilih rasional. Karena swing voters ini kebanyakan menunggu sampai akhir, siapa calon yang dilihat paling berpotensi,” ujar Andhyka.

Menurutnya, pada momen-momen mendekati Pilkada, calon sering kali menawarkan berbagai janji untuk menarik perhatian swing voters. Meskipun terkadang janji-janji tersebut tidak selalu mencerminkan rencana yang realistis.

“Tapi, ada juga swing voters yang tidak terpengaruh pragmatisme. Jadi mereka ini kadang menunggu seberapa rasionalkah janji janji paslon untuk direalisasikan,” ungkapnya.

Karena itu, untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya yang lebih besar dalam edukasi politik bagi masyarakat. Jika proses edukasi politik dilakukan secara masif dan efektif, maka proporsi pemilih rasional bisa meningkat signifikan.

“Saat ini, proporsi pemilih rasional dan pragmatis masih seimbang, sekitar 50:50. Namun, dengan adanya edukasi yang tepat, pemilih rasional dapat meningkat menjadi 60 persen,” katanya.

“Ini akan membuat politik uang semakin tidak efektif dan calon-calon yang menawarkan program serta visi yang jelas akan lebih diperhitungkan,” ucapnya.

Lebih jauh, Andhyka juga mengingatkan parpol seharusnya tidak hanya berfungsi sebagai kendaraan politik lima tahunan, tetapi juga sebagai wadah edukasi dan aspirasi masyarakat.

“Partai politik harus berperan dalam mendidik masyarakat dan menyeleksi calon yang berkualitas. Jika parpol menjalankan fungsi ini dengan baik, maka akan menghasilkan pemimpin yang benar-benar mampu memajukan daerah dan negara,” tandasnya.

Sementara Ketua Bidang Kerjasama BP2M FISIP UB Nowy Setia Yunas, S.IP. M.IP menambahkan perubahan-perubahan yang terjadi saat ini membuat strategi kampanye politik juga akan berbeda dengan tahun sebelumnya.

Perkembangan teknologi informasi saat ini memang bergerak begitu cepat dan dinamis, sehingga mengubah landskap sosial politik masyarakat. Perkembangan tersebut memang pada akhirnya memberikan kenyataan bahwa terdapat fenomena-fenomena politik yang baru di dalam Pemilihan Umum tahun 2024.

Perkembangan teknologi tersebut, telah membawa pengaruh pada berbagai perubahan mulai dari perilaku memilih masyarakat, metode kampanye yang mulai bergeser dari metode konvensional ke metode digital. Pola-pola rekruitmen politik dan pendidikan politik berbasis teknologi/ media sosial baik yang dilakukan oleh calon maupun partai politik.

“Disrupsi teknologi yang sejalan dengan dominasi pemilih muda saat ini juga menggeser pola patronase politik yang dahulunya pada orang orang dengan power dan kharisma yang begitu besar. Kini bergeser pada sosok yang memiliki followers dan influence besar di dunia maya,” kata Yunas.

Model kampanye yang mengandalkan aspek kreatif berciri khas anak muda dan pendekatan berbasis teknologi Informasi serta media sosial tentu akan menjadi pola baru yang akan diadopsi para kontestan di tingkat lokal.

“Fenomena ini tentu akan berkaca pada fenomena yang ada di tingkat Nasional beberapa waktu lalu. Dimana kandidat menggunakan pendekatan atau model kampanye berbasis teknologi informasi serta media sosial, dan menggunakan desain kampanye yang menarik, kreatif dan inovatif,” pungkasnyapungkasnya.