Search
Close this search box.
3 November 2024

Bangkitkan Usaha Pertanian, Nendhes Kombet Berinovasi Kembangkan Bibit Sayur dan Buah

Reportasemalang
Djoni Sujadmiko menunjukkan salah satu inovasi pengembangan bibit buah. (Foto: Agus N/reportasemalang)

Bagikan :

ReportasemalangKabupaten Malang, Owner Nendhes Kombet (NK) Cafe, Djoni Sujadmiko terus berinovasi mengembangkan bibit tanaman buah dan sayur. Hal ini dilakukan guna mendorong dinamika ekonomi desa yang bisa menjadi lokomotif kebangkitan usaha pada petani dan para kaum muda.

Djoni Sujadmiko menyebutkan, inovasi yang dikembangkan berupa bibit tanaman buah melon, semangka, mentimun, gambas, serta sayur mayur seperti bayam, kangkung, pakcoy, bunga kol dan lain lain.

“Inovasi yang kami lakukan itu, telah membawa hasil yang cukup bagus. Tidak hanya waktu panen yang lebih pendek, tapi bentuk buah tidak sama dengan pada umumnya, juga lebih tahan hama,” jelasnya di NK Cafe, Desa Ampedento, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang , Minggu (6/11/2022).

Uji coba bibit tanaman sayur dan buah ini, kata Djoni, dirinya juga menyertakan gerakan literasi botani agar petani muda lebih cerdas dalam usaha pertaniannya.

Menurutnya, uji coba bibit yang dilakukan ini terbilang cepat. Bahkan melampaui target karena bibit yang kdiproduksi sendiri cepat berbuah.

“Dan jika nantinya dalam inovasi bibit itu hasilnya sangat bagus, maka akan kita kembangkan pada petani di wilayah seluruh indonesia,” ungkapnya.

Setelah keberhasilan dalam mengembangkan bibit sayur dan buah, lanjut Djoni, maka pihaknya juga sedang mengembangkan penelitian bibit padi. Yang nantinya dalam satu hektar targetnya bisa menghasilkan 14 ton padi.

“Sehingga hal itu akan memberikan keuntungan bagi para petani dan kesejahteraan petani,” tuturnya.

Dikatakan Djoni, petani perlu turut menikmati nilai tambah industri pengolahan, sehingga tidak hanya mengurusi on farm. Tetapi juga masuk ke kegiatan off farm dengan dukungan akses pembiayaan yang lebih luas.

“Sehingga tidak hanya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang meningkatkan perannya. Namun, pengusaha swasta seperti dirinya juga harus ikut berperan sebagai off taker dan melakukan pendampingan atau pembinaan, serta adopsi teknologi di sistem budidaya maupun pemasaran atau market place,” terangnya.

Menurut Djoni, masalah klasik pertanian di Indonesia, harga jatuh saat hasil panen banyak. Harga kemudian melambung tinggi saat produksi sedikit. Kondisi ini akhirnya dimanfaatkan tengkulak yang merugikan petani. Sehingga perlunya kebijakan pembangunan pertanian di Indonesia adalah untuk mencapai swasembada tanaman pangan. Sedangkan peningkatan jumlah penduduk membuat sektor pertanian perlu mengimbangi pertumbuhan permintaan.

“Jika produksi banyak, namun tak ada yang mau menyimpan, mendistribusikan, dan mengolah menjadi produk bernilai tinggi, maka ujung-ujungnya akan menjadi hambatan,” pungkasnya. (Agus N)