Reportasemalang – Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri) Malang melalui Agroedupark melakukan serah terima Talangnisasi untuk masyarakat Desa Jedong, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang. Bertempat di Agroedupark Unitri, Kamis (8/6/2023).
Ketua panitia Dr. Erwin Ismu Wisnubroto mengatakan, yang melatarbelakangi program talangnisasi ini sebenarnya dari musibah banjir yang kerap terjadi akibat hujan.
Dimana jika dilihat dari konservasi airnya, ternyata masih banyak rumah-rumah yang tidak mengalirkan air hujan ke dalam saluran-saluran pembuangan. Sehingga air meluber ke jalan dan menyebabkan banjir.
Dari situ kemudian Agroedupark Unitri dan mahasiswa KKN membantu memberikan percontohan bagaimana sebenarnya pengelolaan air hujan agar tidak terbuang percuma. Salah satunya melalui program talangnisasi dan pemanenan air hujan.
“Supaya air hujan yang turun bisa tertampung dan tidak menyebabkan kerusakan lingkungan,” jelasnya.
Terlebih, lanjut Erwin, memang di daerah Wagir ini salah satu kendala dalam kegiatan pertanian adalah kurangnya air. Karena meskipun ada sumber air tapi jaraknya relatif cukup jauh dan dalam.
“Jadi ada sekitar 14 rumah warga yang mendapatkan program talangnisasi. Untuk penyimpanan air pada musim hujan dan kemudian bisa digunakan pada musim kemarau,” ujarnya.
Menurut Erwin, program ini sebenarnya juga merupakan salah satu program pengabdian masyarakat terutama bagi desa binaan di desa Jedong.
“Bukan hanya talangnisasi, nanti juga kedepannya ada pembangunan sumur resapan dan instalasi pemanenan air hujan,” sebutnya.
Selain serah terima talangnisasi, disampaikan Erwin, hari ini juga dilakukan penandatanganan kerjasama antara Unitri dengan BPDAS Brantas Sampean.
“MoU dengan BPDAS ini berupa pendampingan kepada masyarakat tentang konservasi tanah dan air. Yang salah satunya dengan kegiatan talangnisasi dan sumur resapan serta instalasi pemanenan air hujan,” tandasnya.
Lebih lanjut, Ketua Yayasan Bina Patria Nusantara, Prof Dr Ir Bambang Guritno menyampaikan, sistem pembuangan air di rumah-rumah terutama yang dekat dengan badan jalan perlu untuk diperhatikan. Karena air hujan seharusnya tidak terbuang secara percuma jika dapat terserap tanah atau dapat dikelola dengan baik.
Melihat fenomena yang terjadi, maka Unitri bersama masyarakat berusaha untuk mengimplementasikan program kerjanya di Agroedupark ini. Salah satunya adalah dengan sistem pengelolaan air hujan secara benar.
“Unitri telah memberikan percontohan cara mengelola air hujan. Baik cara membuang maupun cara memanen air hujan melalui sistem talangnisasi,” ungkapnya.
Sementara itu Kepala BPDAS Brantas Sampean, Ir. A. Kunto Hirsilo mengaku, pihaknya memang melakukan kerjasama MoU denganan Unitri terkait konservasi lahan dan air. Dimana selama tiga tahun ke depan, pihaknya akan melakukan pembangunan-pembangunan fisik untuk percontohan.
“Kami berharap kerjasama dengan Unitri ini bisa dilakukan secara berkesinambungan. Dan bisa terus melanjutkan apa yang kami bantu, bagaimana supaya bisa memberikan dampak pada desa ini,” pungkasnya.