Search
Close this search box.
27 Juli 2024

Komparasi Kisah Klasik Kerajaan Singhasari

Bagikan :


REPORTASEMALANG – Candi Singosari atau yang dapat disebut Candi Singhasari merupakan peninggalan terakhir dari Kerajaan Singhasari. Komplek candi menempati areal 200 m x 400 m memiliki kisah historis yang dimuat di perlbagai kitab seperti Serat Paraton untuk kisah Raja dari Kerajaan Singhasari dan dimuat dalam kitab Negarakrtagama dalam pupuh 37:7 dan pupuh 38:3 serta prasasti Gadjah Mada yang bertanggal pada 1351 M yang terdapat pada kompleks candi. Candi Singosari digunakan sebagai tempat “pendharmaan” bagi Raja Singasari terkahir, yaitu Krtanegara yang tewas diserang pasukan Jayakatwang pada tahun 1292. Berdasarkan dugaan bahwa Candi Singosari merupakan bangunan yang belum rampung dalam proses pembangunannya.

Adapun kisah dari Kerajaan Singhasari yang dilansir dari Serat Pararaton atau Kitab Raja-Raja, bahwa di awal cerita dalam serat tersebut menjelaskan mengenai inkarnasi Ken Arok, pendiri Kerajaan Singhasari pada tahun 1222-1292 M. Kitab tersebut menceritakan bahwa Ken Arok meniti perjalanan hidupnya sampai menjadi raja. Serat Pararaton menyebutkan bahwa Tumapel merupakan daerah dibawah kepemerintahan Kerajaan Kadiri pada mulanya. Akuwu (camat) Tumapel adalah Tunggul Ametung yang pada akhirnya tewas dibunuh oleh pengawalnya yaitu Ken Arok, motif pembunuhan Ken Arok adalah karena cintanya kepada istri Tunggul Ametung yaitu Ken Dedes dan ingin mendapatkan jabatan yang tinggi di Tumapel. Ken Arok menggantikan Tunggul Ametung sebagai akuwu dan menikahi Ken Dedes.

Ken Arok memiliki niat untuk melepaskan Tumapel dari kekuasaan Kerajaan Kadiri. Pada tahun 1254 M terjadi perseteruan antara raja Kerajaan Kadiri yaitu Raja Krtajaya melawan kaum Brahmana. Para Brahmana bergabung dalam pasukan Ken Arok yang mengangkat dirinya sebagai raja pertama Tumapel dan memiliki gelar Sri Rajasa Sang Amurwhabumi. Perang melawan Kerajaan Kadiri memuncak di desa Ganter yang dimenangkan pihak Tumapel.

Pada pengkajiannya antara Serat Pararaton dan Negarakrtagama memiliki perbedaan. Pada tahun yang sama pada pendirian Kerajaan Tumapel adalah Bhatara Siwa, yang ditafsirka nama ini merupakan gelar anumerta dari Ranggah Raja karena arwah pendiri kerajaan tersebut dipuja sebaai Siwa. Sedangkan dalam serat Pararaton menyebutkan bahwa sebelum maju perang melawan Kerajaan Kadiri, Ken Arok sudah menggunakan julukan Bhatara Siwa.

Pada serat Pararaton menyebutkan silsilah Kerajaan Singhasari alias Kerajaan Tumapel yaitu Ken Arok merupakan pendiri Kerajaan Singosari yang digantikan oleh Anusapati pada tahun 1247-1249 M, kemudian Anusapati digantikan oleh Tohjaya pada tahun 1249-1250 M, diteruskan oleh Ranggawuni alias Wisnuwardhana pada tahun 1250-1272 M, dan terakhir adalah Krtanegara yang memerintah 1272-1292 M. Sedangkan naskah Krtagama menyebutkan bahwa Kerajaan Singhasari dipimpin oleh Rangga Rajasa pada tahun 1222-1227 M, dilanjutkan Anusapati, kemudian Wisnuwardhana pada tahun 1248-1254 M.

Serat Pararaton informasinya didapat dari prasasti Kudadu, sedangkan kitab Negarakrtagama didapat dari prasasti Mula Malurung. Penggambaran dalam Serat Pararaton cenderung mitologis atau berdasarkan folklore fiktif sehingga beberapa bagian dari Serat Pararton tidak dianggap fakta-fakta sejarah. Menurut peneliti C.C. Berg bahwa keseluruhan teks dalam Serat Pararaton bersifat ahistoris.