Universitas Brawijaya Kukuhkan Dua Profesor Baru dari FMIPA dan FPIK

Sabtu, Agustus 13, 2022 Oleh: Admin
Reportasemalang
Prosesi pengukuhan Profesor UB. (Foto: Ist/reportasemalang)

ReportasemalangKota Malang, Universitas Brawijaya (UB) kembali menambah jumlah Profesor. Dua profesor baru hari ini dikukuhkan di Gedung Samantha Krida, Sabtu (13/08/2022).

Mereka adalah Prof. Dr. Eng. Agus Naba., S.Si., MT dan Prof. Dr. Sc. Asep Awaludin Prihanto S.Pi., MP.

Prof DrEng Agus Naba SSi MT, dikukuhkan sebagai profesor bidang ilmu Sistem Cerdas. Sebagai profesor aktif ke-27 dari Fakultas MIPA, dan profesor aktif ke-170 di UB, serta ke-298 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan UB.

Sednagkan, Prof DrSc Asep Awaludin Prihanto SPi MP, dikukuhkan sebagai profesor bidang ilmu Bioteknologi Produk Perikanan dan Ilmu Kelautan. Sebagai profesor aktif ke-15 dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), dan profesor aktif ke-171 di UB, serta ke-299 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan UB.

Reportasemalang
Pengukuhan Prof DrEng Agus Naba SSi MT. (Foto: Ist/reportasemalang)

Dalam pidato pengukuhannya, Prof DrEng Agus Naba SSi MT, mengambil judul “Pendekatan ‘Heuristic Artificial Intelligence Modeling (HAIM)’ untuk mendukung industri 4.0.”

Dijelaskan Prof Agus, teknologi sistem cerdas merupakan salah satu teknologi kunci dan memegang peran sentral sebagai driving force pada industri 4.0.

“Teknologi sistem cerdas menawarkan berbagai teknik pemodelan sistem cerdas, dalam membangun model sistem cerdas berbasis data. Namun masih terdapat beberapa kendala pada pemodelan sistem cerdas,” ujarnya.

Salah satu kendalanya adalah data yang tersedia pada industri umumnya terisolasi atau spesifik, tidak konsisten dan berkualitas rendah. Dengan kualitas data yang buruk dan kompleks, diolah dengan teknik preprocessing standar, serta optimasi parameter yang bersifat spekulatif.

Sehingga tentu akan sulit mengharapkan pemodelan sistem cerdas yang akan menghasilkan model optimal.

Karena itu menurut Prof Agus, untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, ia mengusulkan suatu strategi yang diberi nama Heuristic AI Modeling (HAIM) atau pemodelan sistem cerdas heuristik. HAIM menyarankan tiga hal:
1) pendekatan deduktif atau gabungan deduktif-induktif lebih diprioritaskan dalam pemodelan sistem cerdas,
2) algoritma optimasi yang spekulatif diganti dengan yang lebih sistematis dan terarah, dan
3) unit preprocessor untuk ekstraksi fitur unik data perlu didesain secara spesifik per kasus.

Beberapa riset yang berhasil dipecahkan Agus Naba dengan menerapkan pendekatan HAIM. Contohnya, estimasi kecepatan angin pada turbin angin menggunakan model fuzzy yang dibangun secara heuristik-deduktif; optimasi pengontrol model fuzzy lebih terarah untuk memecahkan masalah pendulum terbalik; deteksi pneumonia pada citra sinar-X; deteksi obyek mobil, dan deteksi jenis gangguan pada jaringan listrik.

Reportasemalang
Pengukuhan Prof DrSc Asep Awaludin Prihanto SPi MP. (Foto: Ist/reportasemalang)

Sementara itu Prof DrSc Asep Awaludin Prihanto SPi MP dalam pidato pengukuhannya, mengambil judul: “Model Perbaikan Produk Fermentasi Perikanan Tradisional dengan Comprehensive-Product Improvement Memanfaatkan Keilmuan Bioteknologi.”

Dijelaskan Prof Asep, produk perikanan yang dikonsumsi masyarakat Indonesia masih didominasi oleh produk perikanan tradisional. Untuk mempertahankan kualitas produk, telah dikembangkan beberapa metode pengawetan.

“Fermentasi merupakan metode pengawetan yang paling banyak digunakan, selain metode-metode lain, seperti pembekuan, penggaraman dan pengasapan. Fermentasi merupakan metode pengawetan daging ikan yang murah, mudah dan hemat energi,” jelasnya.

Menurutnya, produk fermentasi perikanan tradisional di Indonesia yang paling banyak dikonsumsi adalah bekasam, bekasang, budu, cincaluk, jambal roti, peda, picungan, pudu, rusip, tukai, dan kecap ikan, dan terasi. Pengolahan hasil perikanan yang dilakukan secara tradisional masih menimbulkan beberapa permasalahan.

“Pendekatan perbaikan produk fermentasi perikanan, umumnya masih dilakukan secara parsial dan tidak melibatkan pendekatan bioteknologi,” imbuhnya.

Disebutkan, ada beberapa pendekatan yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Tapi
hanya sebatas perbaikan proses, perbaikan gizi produk fermentasi perikanan, dan perbaikan potensi fungsional. Sehingga hanya dapat menyelesaikan permasalahan produk fermentasi secara parsial dan tidak terintegrasi menangani kelemahan-kelemahan produk.

Disebutkannya, model perbaikan kualitas produk tradisional Comprehensive-Product Improvement memanfaatkan pendekatan bioteknologi melalui teknik-teknik rekayasa genetika, Next Generation Sequenching dan aplikasi starter konsorsium bakteria. Terbukti mampu meningkatkan kualitas produk fermentasi perikanan tradisional (terasi) secara maksimal.

Keunggulan dari model yang ditawarkan ini adalah pengintegrasian keempat faktor penting. Di antaranya perbaikan proses, perbaikan nutrisi, perbaikan mutu dan perbaikan nilai fungsional kesehatan produk dengan menggunakan pendekatan bioteknologi.

“Pada konsepsi perbaikan proses ini, harus melibatkan penentuan galur spesies yang teridentifikasi, penentuan standar proses produksi dan perbaikan lingkungan proses,” bebernya.

“Sedangkan pada perbaikan nutrisi, harus dilakukan secara lengkap dengan memperhatikan luaran hasil perbaikan. Berupa gizi proksimat yang meningkat, penurunan anti nutrisi dan peningkatan metabolit,” pungkasnya. (Agus N)