Terpilih Secara Musyawarah Mufakat, Prof Widodo Resmi Dilantik Menjadi Rektor UB
Reportasemalang –Kota Malang, Prof Widodo SSi MSi PhD Med Sc, resmi dilantik menjadi rektor Universitas Brawijaya (UB) periode 2022-2027, Senin (27/6/2022). Usai terpilih sebagai rektor UB secara musyawarah mufakat melalui Sidang Pleno Majelis Wali Amanat (MWA) pada 21 Mei 2022 lalu.
Bertempat di Gedung Samantha Krida UB, pelantikan dilakukan Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) UB, Prof Dr Muhadjir Effendy melalui surat keputusan MWA UB nomor 3 tahun 2022, tentang pengangkatan Rektor UB periode 2022-2027.
Usai prosesi pelantikan, Rektor baru UB Prof Widodo menyampaikan ucapan terimakasih kepada Rektor UB sebelumnya yang telah membawa dan meletakkan pondasi UB menjadi universitas bertaraf internasional.
“Dengan motto tidak sekedar lari mengejar ketertinggalan tetapi juga terbang. Insyaallah kami akan lanjutkan untuk terbang. Terlebih dengan kualitas SDM para Profesor, dosen, tenaga pendidikan dan mahasiswa yang dimiliki UB,” ujarnya.
Lebih lanjut menurut Prof Widodo, Rektor UB sebelumnya telah meninggalkan tiga culture yang cukup bagus bagi UB yaitu culture prestasi, culture kekompakan dan culture internasionalisasi.
Karena itu ada tiga bagian penting yang akan ia kembangkan kedepan. Pertama adalah relevansi perguruan tinggi, dimana UB diharapkan mempunyai relevansi dengan kebutuhan masyarakat. Termasuk hasil-hasil riset dari UB yang akan terus disinergikan dengan kebutuhan masyarakat.
“Saya yakin dengan ratusan profesor, dan ribuan dosen serta puluhan ribu mahasiswa kita siap membangun Jawa Timur dan Indonesia. Bahkan kami juga siap membangun dan juga berkontribusi untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada di Indonesia,” sebutnya.
Selanjutnya adalah internasionalisasi. Hal ini adalah sebuah keniscayaan bahwa UB harus meningkatkan peringkat di dunia internasional. Dan berharap tidak hanya peringkatnya yang naik, tetapi kontribusi UB terhadap penyelesaian permasalahan internasional.
Ketiga adalah sustainability. Menurutnya, dengan status UB sebagai PTNBH maka sustainability menjadi sangat penting. Sehingga ia akan mencoba melihat alternatif-alternatif agar perguruan tinggi ini bisa lebih sustainability.
“Untuk itu kami butuh dukungan dan kerjasamanya dari seluruh civitas akademika UB,” tandasnya.
Sementara itu, Ketua MWA UB, Prof Dr Muhadjir Effendy mengatakan, proses pemilihan Rektor UB sampai dengan pelantikan bisa dibilang berjalan sangat baik.
Terlebih pada proses pemilihan kemarin dilakukan secara musyawarah mufakat, jadi tidak ada voting.
Jadi mungkin ini adalah PTNBH pertama yang dalam pemilihan rektornya dilakukan secara musyawarah mufakat. Dengan begitu dalam proses pemilihan Rektor ini menurut saya semuanya berjalan dengan baik dan kompak.
“Semoga ini akan menjadi modal awal Prof Widodo sebagai Rektor untuk bisa bekerja lebih mantap, lebih cepat dan betul-betul bisa mendayagunakan seluruh potensi kekuatan yang ada di UB,” terangnya.
Apalagi ada beberapa tantangan yang akan dihadapi UB ke depan. Yang pertama adalah bagaimana menjaga UB ini memiliki kekuatan sesuai dengan visi UB jati dirinya sebagai pembaharu dan pelopor.
“Jadi mempertahankan sebagai kepeloporan dan pembaharuan ini menjadi tantangan besar bagi Universitas Brawijaya,” ucapnya.
Tantangan berikutnya adalah internasionalisasi dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan ciri khas dari Brawijaya sesuai dengan visinya itu adalah teknologi yang menuju kepada industri ramah lingkungan, industri hijau, dan berbasiskan budaya.
“Jadi tidak sembarangan teknologi yang harus dikembangkan oleh UB ini adalah ilmu pengetahuan teknologi yang hijau dan berbudaya,” sebutnya.
Terakhir, tantangan ke depan yang akan dihadapi adalah bagaimana betul-betul mewujudkan peran riil Universitas Brawijaya yaitu memberikan porsi yang sangat besar bagi terciptanya kesejahteraan masyarakat semesta.
Karena itu menurutnya, dukungan dari Kemendikbud Ristek akan sangat all out untuk UB. Karena kemarin dalam pemiliha itu aspirasi dari kemendikbud ristek sejalan dengan aspirasi MWA sehingga tidak ada perbedaan.
“Semoga itu akan menjadi modal untuk kita bisa mendapatkan dukungan penuh dari kementerian. Karena tanpa dukungan dari lembaga resmi yang menjadi atasan dari UB tentu saja nanti hasilnya tidak maksimal,” pungkasnya. (Agus N)