Tambah Jumlah Profesor, UM Kukuhkan Lima Guru Besar

Rabu, September 6, 2023 Oleh: Agus Nur
UM Kukuhkan Lima Guru Besar. (Foto:Ist/reportasemalang)
UM Kukuhkan Lima Guru Besar. (Foto:Ist/reportasemalang)

Reportasemalang – Universitas Negeri Malang (UM) kembali mengukuhkan lima guru besar di Aula GKB A19 lantai 9 UM, Rabu (6/9/2023). Mereka adalah Prof Dr Tri Kuncoro ST MPd, Prof Dr Ibrohim MSi, Prof Dr Hanik Mahliatussikah SAg MHum, Prof Dr Muntholib SPd MSi dan Prof Dr Muslihati SAg MPd.

Prof Dr Tri Kuncoro ST MPd merupakan Guru Besar di Bidang Ilmu Media Pembelajaran Pendidikan Vokasional/Teknik Sipil/Teknik Bangunan pada Fakultas Teknik UM. Dalam pidato ilmiahnya, Prof Tri Kuncoro mengambil judul Peranan Mahasiswa Teknik Sipil dalam Menghadapi Society 5.0.

Society 5.0 adalah konsep masyarakat berbasis teknologi yang ambisius dan revolusioner. Dimana Society 5.0 merupakan evolusi dari berbagai tahapan masyarakat sebelumnya.

Selaras dengan hal tersebut, maka di era ini, peran mahasiswa Teknik Sipil juga memiliki arti yang sangat penting dalam mewujudkan visi Society 5.0. Karena itu, dalam membangun Society 5.0, media pembelajaran yang canggih dan inovatif juga sangat penting untuk mendukung peran mahasiswa Teknik Sipil.

“Media pembelajaran yang tepat akan membantu meningkatkan pemahaman mereka tentang konsep Society 5.0, teknologi cerdas, dan keberlanjutan,” ujarnya.

Berikut adalah beberapa media pembelajaran yang dapat menunjang peran mahasiswa Teknik Sipil dalam Society 5.0 yaitu, Simulasi 3D dan Virtual Reality (VR); Aplikasi Pembelajaran Berbasis Game; Platform E-Learning; Video Pembelajaran Interaktif; Penggunaan Internet of Things (IoT); Proyek Kolaboratif Berbasis Cloud; Webinar dan Seminar Online.

“Dengan menggunakan media pembelajaran yang inovatif dan canggih, mahasiswa Teknik Sipil dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang Society 5.0. Dan kontribusi mereka dalam membangun masa depan yang lebih cerdas dan berkelanjutan,” urainya.

Lima Guru Besar yang dikukuhkan UM. (Foto:Ist/reportasemalang)
Lima Guru Besar yang dikukuhkan UM. (Foto:Ist/reportasemalang)

Lebih lanjut, Prof Dr Ibrohim MSi yang dikukuhkan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pengembangan Keprofesian Guru Sains pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang. Mengambil tema Pengembangan Keprofesian Guru Sains Melalui Komunitas Belajar Dalam Mendukung Pendidikan Abad Ke-21.

Dijelaskan Prof Ibrohim, Pendidikan sains atau Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu unsur penting dalam kurikulum sekolah. Yang esensinya diarahkan untuk berkontribusi dalam mengembangkan kecakapan hidup peserta didik menghadapi tuntutan kecakapan hidup di Abad XXI (biasa ditulis Abad 21).

“Ini artinya bahwa pendidikan sains di sekolah harus dapat mengembangkan literasi sains, kompetensi dasar (4Cs), dan menguatkan karakter,” ucapnya.

Menurutnya, literasi sains diartikan “melek” sains, atau memahami konsep-konsep sains dan mampu menggunakannya untuk mengambil keputusan atau menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

“Oleh karena itu diperlukan guru sains yang menguasai scientific inquiry,” tandasnya.

Sementara itu, Guru Besar selanjutnya yang dikukuhkan yakni Prof Dr Hanik Mahliatussikah SAg MHum. Sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pembelajaran Sastra Arab pada Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.

Dalam orasi ilmiahnya, Prof Hanik mengambil judul Pembelajaran Sastra Arab Berbasis Stilistika Teks Alquran.

Dijelaskan Prof Hanik, Stilistika merupakan ilmu yang meneliti penggunaan bahasa dan gaya bahasa, baik dalam teks sastra maupun non sastra. Ranah kajian stilistika meliputi aspek-aspek kebahasaan: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, citraan, gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan.

“Jadi kajian stilistika teks Al-Quran berarti kajian terhadap penggunaan bahasa dan gaya bahasa dalam teks Al-Quran,” jelasnya.

Bahasa Al-Qur’an adalah bahasa Arab yang memiliki derajat sastra berkualitas tinggi, mengandung makna yang mendalam dengan bahasa yang indah. Ilmu stilistika bahasa Arab dipelajari dalam ilmu Balaghah (sastra) dan ilmu uslub (gaya bahasa). Keberadaan ilmu Uslub lebih baru dari Balaghah dan merupakan pengembangan dari Balaghah.

“Keduanya sama-sama memandang bahwa lafadh dan makna merupakan satu kesatuan sebagaimana teks yang tidak dapat dipisah unsur-unsurnya,” terangnya.

Di antara kajian Balaghah dan uslubiyah itu adalah repetisi/tikrar. Al-Quran mengandung repetisi bunyi, kata, dan kalimat. Repetisi tersebut bukanlah repetisi biasa, tetapi merupakan mukjizat bahasa Al-Quran dan memiliki fungsi dan maknanya masing-masing.

“Karena setiap kata yang diulang dalam teks Al-Qur`an memiliki tujuan tertentu yang berbeda antara teks yang satu dengan yang lain, meskipun lafadhnya sama,” sebutnya.

Dalam Al-Quran, repetisi di samping untuk keperluan taukid/penekanan dan memberikan kesan tertentu dalam jiwa, juga memiliki fungsi taqrir /penetapan), ziyadah tanbih/ menambah perhatian, tadhim/mengagungkan dan tahwil/menakut-nakuti, peringatan dan nasehat, mempermudah dalam memahami dan menghafal Al-Quran.

“Disamping itu, gaya bahasa repetisi merupakan media Al-Quran untuk menyampaikan makna ayat,” ungkapnya.

Selanjutnya, Prof Dr Muntholib SPd MSi yang dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang ilmu Strategi Pembelajaran Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universita Negeri Malang. Mengambil tema Pembelajaran Sains Kimia Abad ke-21.

Disampaikan Prof Muntholib, pendidikan adalah cara terbaik memperbaiki kerusakan dan melestarikan lingkungan. Melalui pendidikan, kita dapat membangun pemahaman tentang, kesadaran akan pentinnya, cara menjaga, dan kemauan untuk memelihara kelestarian atau beberlanjutan alam semesta, universe sustainability.

“Oleh karena itu, kita perlu merenungkan, apa yang terbaik untuk kita ajarkan kepada anak didik kita agar bisa menjaga keberlanjutan alam semesta,” tuturnya.

Karena itu, UNESCO (The United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization), Bandan PBB bidang pendidikan, mengembangkan education for sustainable development (ESD). Guna mendukung visi baru pembangunan global yang berkelanjutan (new vision of sustainable global development) PBB yang dirumuskan ke dalam 17 tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).

“Gagasan luar biasa ESD perlu kita break down sesuai jenjang pendidikan dan materi pelajaran. Karena kita tidak bisa langsung mengembangkan kompetensi utama lintas sektoral siswa, perlu dimulai dari kompetensi sederhana. Kita juga tidak bisa langsung menugasi siswa untuk menelaah konteks dan permasalahan yang kompleks, perlu dimulai dari permasalahan yang elementer,” ujarnya.

Salah satu strategi pembelajaran yang mengadopsi students center approach dan teacher centerapproach sekaligus adalah explicit scientific inquiry instruction. Dimana Fase awal strategi ini memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan kepada anak didik untuk menelaah konteks dan permasalahan serta melakukan investigasi.

Dalam investigasi, anak didik mendapatkan pengalaman belajar merancang dan melakukan investigasi, membuat penjelasan, dan berargumen.

“Sedangkan di akhir fase, anak didik memperdalam dan memperluas pemahaman yang diperolehnya dengan menerapkannya pada konteks baru, menganalisis permasalahan kompleks, membuat studi kasus, proyek, dan yang lainnya,” tandasnya.

Terakhir, Guru Besar yang dikukuhkan adalah Prof Dr Muslihati SAg MPd. Sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Bimbingan dan Konseling Multibudaya pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Dengan mengambil judul orasi ilmiah terkait Insersi Budaya Nusantara Dalam Layanan Bimbingan dan Konseling untuk Penguatan Identitas Diri Remaja Indonesia.

Disampaikan Prof Muslihati, Layanan bimbingan dan konseling, merupakan peristiwa budaya yang dalam interaksi multibudaya. Dalam konteks konseling, terjadi interaksi antar ras dan etnik, jenis kelamin dan gender, status dan kelas sosial ekonomi, orientasi seksual dan status pernikahan, pekerjaan, dimensi geografis, ability dan disability, agama dan usia, budaya, serta letak geografis.

Relasi edukasional dan terapiutik, mempertemukan kekhasan budaya guru BK atau konselor dengan budaya peserta didik atau konseli. Budaya mewarnai rumusan teori dan prosedur bimbingan dan konseling yang menjadi “alat kerja” bagi konselor dalam melaksanakan pelayanannya agar proses layanan bimbingan dan konseling menjadi lebih bermakna.

“Upaya tersebut dapat dilakukan melalui insersi budaya dalam layanan BK,” jelas Prof Muslihati.

Sedangkan Insersi budaya dalam layanan BK adalah upaya menyisipkan muatan nilai-nilai dan warisan budaya sesuai dengan karakteristik peserta didik. Atau konseling ke dalam teknik dan materi BK dengan tujuan memaksimalkan keberhasilan layanan BK.

Insersi nilai-nilai budaya Nusantara dalam layanan BK menjadi wujud nyata implementasi layanan konseling multibudaya khas Indonesia. Dimana terjadi upaya pengintegrasian kekayaan nilai budaya ke dalam prosedur layanan bantuan baik bimbingan maupun konseling khas Barat.

“Dengan layanan BK sedemikian maka, layanan BK akan mengantarkan remaja Indonesia menemukan identitas dirinya dengan berpijak pada budaya asalnya, budaya Nusantara,” pungkasnya.

, ,