Profesi Menjanjikan, Begini Kisah Cemerlang Wakil Pialang Berjangka BPF Malang

Senin, Agustus 29, 2022 Oleh: Admin
Reportasemalang
Kepala Cabang BPF Malang, Andri, menjelaskan pergerakan komoditi PBK. (Foto: Agus N/reportsemalang)

ReportasemalangKota Malang, Wakil Pialang Berjangka (WPB) menjadi salah satu profesi yang cukup menjajikan. Utamanya bagi kaum milenial yang memimpikan karir cemerlang dengan penghasilan mencapai tiga digit atau ratusan juta rupiah.

Sama halnya yang dialami para wakil pialang Bestprofit Futures BPF Malang. Dimana mereka tidak hanya mendapatkan penghasilan yang tinggi, tetapi juga berbagai fasilitas yang disediakan BPF Malang.

Kepala Cabang (BPF) Malang, Andri menjelaskan, wakil pialang berjangka adalah orang yang memiliki profesi sebagai wakil dari perusahaan pialang.

“Tugasnya adalah menjelaskan dan mengedukasi tentang produk Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK),” jelasnya saat ditemui di kantornya.

Sementara, persyaratan untuk menjadi WPB adalah minimal harus sudah lulus pendidikan Diploma III (D3) segala jurusan dan merupakan WNI. Selain itu mereka juga harus mengikuti dan lulus ujian tertulis maupun wawancara yang diadakan oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).

“Kalau sudah lulus ujian maka mereka akan mendapatkan Tanda Lulus Ujian Profesi (TLUP). Dan wajib bekerja di perusahaan pialang berjangka agar mendapatkan sertifikasi WPB,” ucapnya.

Lebih lanjut Andri menceritakan pengalamannya meniti karir sebagai WPB. Menurutnya, untuk sampai di titik saat ini sebagai kepala cabang BPF Malang, tidaklah mudah. Karena butuh Kerja keras dan disiplin.

Pada tahun 2007, di usianya ke 23, ia meniti karir sebagai WPB mulai dari manajer, tim leader, kepala divisi, dan di tahun 2009 menjadi kepala cabang BPF Malang.

“Butuh waktu 2 tahun untuk menjadi kepala cabang. Kunci suksesnya adalah kita harus mengikuti job desk sebagai WPB. Dan yang kedua adalah disiplin. Itu kunci sukses saya,” ungkapnya.

“Kalau kita sudah memiliki profesi WPB, pada saat jenjang karir, itu kita bisa lebih cepat naik ke level tertinggi suatu kantor yaitu menjadi kepala cabang. Itu yang saya rasakan,” imbuhnya.

Selain karir yang cemerlang, WPB juga mendapatkan fasilitas pembelian mobil dan pembelian rumah yang disiapkan BPF.

“Jadi kita sebagai WPB nanti yang sudah tingkat levelnya otomatis diberikan fasilitas untuk pembelian mobil dan pembelian rumah. Dimana fasilitas tersebut kita bisa gunakan kalau sudah menjadi WPB,” terangnya.

Berikutnya dan yang paling penting adalah penghasilan yang diperoleh setelah menjadi WPB. Karena bukan hanya gaji, tapi bonus yang diperoleh bisa mencapai angka tiga digit.

Untuk gaji WPB yang diberikan bukan standar UMR daerah, melainkan standar UMR Jakarta.

“Jadi di BPF ini semua cabangnya, baik di daerah maupun di Jakarta, WPBnya punya gaji standar UMR Jakarta minimal 5,6 juta rupiah,” sebutnya.

Selain gaji, WPB juga bisa mendapatkan penghasilan dari bonus yang bisa sampai tiga digit. Syaratnya, WPB ini benar-benar menjalankan tugasnya dengan memberikan edukasi kepada nasabah dan service excellent.

“Jika WPB dapat memberikan service excellent, tentunya volume transaksi meningkat sehingga keuntungannya didapatkan dari fee transaksi. Itu yang membuat penghasilan mencapai ratusan juta,” ungkapnya.

Reportasemalang
Eva Ulina Siagian, menceritakan perjalanannya sebagai WPB. (Foto: Agus N/reportasemalang)

Sehingga menurut Andri, menjadi WPB ini selain karirnya yang cemerlang, tapi juga penghasilan dan fasilitasnya juga sangat menjajikan. Apalagi program Bappebti memiliki target agar WPB ini diakui secara internasional. Jadi nantinya nasabah mereka tidak hanya dari nasional saja tapi juga dari seluruh dunia.

“Tapi yang penting harus dibuat dulu payung hukumnya. Tahun ini Bappebti sedang menggodok UU tersebut dan akan diajukan ke DPR,” ungkapnya.

Senada, WPB BPF lainnya, Eva Ulina Siagian, mengaku memulai karir WPB sejak 2009 dan kini menjabat sebagai wakil kepala cabang BPF Malang.

Diceritakan Eva, sebelum menjadi WPB ia mengawalinya dengan menjadi marketing BPF Malang selama satu tahun. Baru kemudian mengikuti ujian yang diadakan Bappebti dan langsung lulus menjadi WPB di tahun 2009.

“Dari seribu yang ikut ujian tertulis yang lulus cuma 300. Kemudian ikut interview yang lulus tidak sampai 100 orang,” kata anak pertama dari tiga bersaudara ini.

Menurutnya, selain karena basic pendidikannya yang memang dari ekonomi akuntansi, keberhasilannya lulus ujian tidak terlepas dari kemauannya untuk terus belajar mengusai materi.

Mulai dari materi bagaimana Undang-undangnya, legalitasnya, produk-produknya, tugas dari WPB apa saja, tugas perusahaan pialang apa saja, semua ia pelajari.

“Jadi kiat suksesnya adalah kerja keras, belajar, update ilmu dan jujur,” tuturnya.

Lebih lanjut, wanita kelahiran Jakarta berdarah Batak ini mengaku telah mampu membeli dua buah rumah di Jakarta dan di Malang. Dari hasil kerja kerasnya menjadi WPB.

“Untuk fasilitas, saya baru dapat fasilitas rumah yang ke dua. Yang pertama di Jakarta dan yang ke dua di Malang dan mobil,” ujarnya.

Senada dengan Andri, Eva juga mengaku memperoleh penghasilan yang fantastis sebagai WPB. Bahkan penghasilannya dari bonus pernah mencapai hampir lebih dari tiga digit pada saat pandemi.

“Untuk saat ini penghasilan setiap bulan rata-rata tiga digit,” ucapnya.

Karena itu ia berpesan kepada generasi muda agar mencari kerja yang jarang orang minati, tapi prospek kedepannya sangat bagus. Seperti bekerja sebagai WPB.

“Apalagi sekarang ada wacana WPB akan menjadi profesi bersertifikat internasional. Jadi sebelum itu kejadian, kenapa tidak dari sekarang kita lakukan, curi start,” pungkasnya. (Agus N)