Mengawali Bulan Agustus 2023, UM Kukuhkan 5 Guru Besar
Reportasemalang – Mengawali bulan Agustus 2023, Universitas Negeri Malang (UM) mengukuhkan lima Guru Besar sekaligus. Mereka adalah Prof Dr Yuni Pratiwi MPd, Prof Dr Murni Sapta Sari MSi, Prof Dr Agung Winarno MM, Prof Dr Tuwoso MP, Prof Aji Prasetya Wibawa ST MMT PhD., Kamis (3/7/2023).
Prof Dr Yuni Pratiwi MPd dalam orasi ilmiahnya menyampaikan tentang isu penting dalam pembelajaran sastra. Bahwa dalam karya sastra terkandung muatan semangat kebangsaan. Dimana karya sastra yang bermuatan semangat kebangsaan dapat digunakan oleh para pendidik sebagai sumber pelajaran.
“Tentunya sumber pembelajaran yang dapat mengantar peserta didik memiliki kompetensi kognitif dan afektif. Hal ini untuk tumbuh kembang ke alam dewasa sebagai pembela bangsa,” ujarnya.
Sementara Prof. Murni Sapta Sari menjelaskan tentang literasi botani dalam hal konsep dan proses pembelajaran biologi dalam mempersiapkan calon guru untuk pembangunan berkelanjutan (SDGs). Dimana hasil studi menunjukkan bahwa sebagian besar guru biologi tidak dapat merancang pembelajaran bidang botani dengan baik, karena diberikan tidak mengikuti konsep dan proses yang tepat.
Akibatnya bidang botani tidak diminati siswa, sehingga literasi botani di kalangan pendidik biologi perlu diberdayakan dalam pembelajaran.
“Kita memiliki kekayaan botani yang sangat luas, itu yang bisa dijadikan guru biologi sebagai bahan pembelajaran botani,” ujar guru besar bidang biologi yang fokus pada botani ini.
Menurutnya, pembelajaran biologi dilakukan dengan lebih menekankan pada proses contohnya melalui kegiatan eksplorasi tumbuhan di lingkungan sekitar sehingga mahasiswa aktif selama pembelajaran.
“Eksplorasi mendukung konservasi keanekaragaman tumbuhan mutlak diperlukan demi keberlangsungan hidup manusia. Ini juga menjadi salah satu tujuan SDG’s untuk mengatasi krisis lingkungan,” ucap dosen FMIPA UM ini.
Sedangkan, Prof Dr Agung Winarno MM asal fakultas FEB um dalam pidato pengukuhannya membeberkan tentang pendidikan kewirausahaan. Ia mengkritik model pembinaan kewirausahaan pedesaan. Dimana banyak desa yang berpotensi tapi tidak maju, namun sebaliknya juga ada desa yang tak berpotensi justru malah maju.
“Hal ini karena kesalahan model kewirausahaan, harusnya membangun karakter hingga pelatihan dan kucuran modal berpotensi untuk gagal,” tuturnya.
Sementara, Prof Dr Tuwoso MP menyoroti soal pendidikan vokasi abad 21. Pendidikan vokasi di Indonesia mengalami kesenjangan curam dengan dunia industri. Bahkan bisa dikatakan lembaga pendidikan vokasi tertinggal karena tidak memiliki kemajuan teknologi di industri.
“Banyak lulusan skill khusus (special skills) yang diperlukan oleh industri. Hal itu merupakan great challenge untuk dunia pendidikan vokasi di era industri 4.0. Era revolusi industri 4.0 membawa konsekuensi yang cukup serius untuk dunia pendidikan vokasi,” ujar guru besar bidang pendidikan vokasi fakultas teknik UM ini.
Terakhir, Prof. Aji Prasetya Wibawa sebagai guru besar pertama bidang rekayasa pengetahuan dan data sains. Menyampaikan pidato berjudul ‘Weruh Sakdurunge Winarah. Wujud Integrasi Data, Informasi, Pengetahuan, dan Kebijaksanaan.
Menurutnya ungkapan weruh sadurunge winarah adalah sains datanya masyarakat Jawa. Weruh sadurunge winarah merupakan ilmu titen atau niteni. Yakni memahami data dan informasi yang pernah ada, untuk membuat kesimpulan yang tepat.
“Data yang secara baik menghasilkan pengetahuan efektif melalui analisis dan interpretasi akurat. Efisiensinya masih bisa ditingkatkan dengan pembersihan data, integrasi, dan aksesibilitas. Data science (DS) dan pengetahuan saling terkait dalam siklus proses penggalian kebijaksanaan,” pungkasnya.