Bahas Era Digital 5.0 dalam Pembangunan Teknologi Hijau Berkelanjutan, ITN Malang Gelar Semsina dan Seniati
Reportasemalang – Mengusung tema ‘Sinergitas Era Digital 5.0 dalam Pembangunan Teknologi Hijau Berkelanjutan, Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang menggelar seminar nasional. Seminar Nasional Teknik Sipil dan Perencanaan (Semsina) oleh Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) dan Seminar Nasional Inovasi dan Aplikasi Teknologi di Industri (Seniati) oleh Fakultas Teknologi Industri (FTI), Sabtu (9/12/2023).
Digelar secara daring, seminar nasional ini diikuti 132 peserta dari berbagai wilayah di Indonesia.
Ketua panitia seminar, Dr Maria Christina Endarwati ST MIUEM menjelaskan, tema tersebut sengaja dipilih untuk mensinergikan teknologi dengan pembangunan di semua lini.
“Kami berharap kegiatan seminar ini menebar banyak manfaat bagi masyarakat, khususnya pembangunan hijau berkelanjutan di Indonesia,” ujar Wakil Rektor Bidang III ITN Malang, Dr Hardianto ST MT.
Lebih lanjut, Wakil Gubernur Jawa Timur, Dr H Emil Elestianto Dardak BBus MSc menilai, seminar ini sebagai upaya menggaungkan pengembangan teknologi dan pembangunan berwawasan hijau.
“Meskipun banyak tantangan menanti, tapi dapat menjadi solusi lowongan kerja,” ucapnya.
Kegiatan seminar diisi pemaparan materi oleh tiga pembicara utama (keynote speaker). Ketiganya, Muhammad Yusef Tiansyah SE MMT (pejabat fungsional/Perekayasa Madya di UPT Hujan Buatan BPPT (sekarang menjadi BRIN), Satriyo Krido Wahono PhD (Head of Processing National Research and Innovation Agency Republic of Indonesia/PRTPP-BRIN) dan Dr Ir Agustina Nurul Hidayati MT (dosen ITN Malang).
Melalui penelitiannya, Muhammad Yusef Tiansyah SE MMT mengusung, kontribusi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor listrik dan air minum. Serta mendukung produksi energi terbarukan.
“TMC merupakan teknologi murah. Dua banding sepuluh dengan penyemaian hujan buatan memakai pesawat. Kemudian dapat menambah curah hujan sebesar 20 hingga 30 persen,” ungkap Yusef.
Dijelaskan, potensi hydropower di Indonesia mencapai 75,670MW dan mini atau mikropower mencapai 770MW. Tapi baru dimanfaatkan sebanyak 6 persen saja.
“Air hasil TMC untuk PLTA, air PDAM, air kebutuhan industri dan pertanian, terbukti berkontribusi terhadap PDRB Kabupaten Purwakarta sebesar 93,12 persen,” sebutnya.
Sementara Satriyo Krido Wahono PhD, mengusung adaptasi dalam menghadapi industri 4.0 dan society 5.0. Fokus utama revolusi industri 4.0, shorten time to market, increase flexibility dan boost inefficiency. Sementara era society 5.0 penolakan terhadap industri, yakni manusia sebagai pusat teknologi.
“Saat ini, berbagai macam kebutuhan manusia telah didukung internet dan dunia digital sebagai wahana interaksi dan transaksi. Tantangan Indonesia pun ada pada tenaga kerja berkualitas dan terampil,” ungkapnya.
Dr Ir Agustina Nurul Hidayati MT mengusung, tranformasi ekonomi-infrastruktur berkelanjutan menuju Indonesia emas 2045. Ekonomi Indonesia pasca Covid-19 dianggap alarm pentingnya transformasi ekonomi.
“Untuk mempercepat transformasinya, beberapa hal bisa kita lakukan. Investasi dan perdagangan luar negeri, industri dan pariwisata, ekonomi maritim, ketahanan pangan dan ekonomi sirkular,” pungkasnya.